Trollface / Problem? / Coolface  - Rage Face Comics
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Menyikapi Pujian

Pujian merupakan fenomena umum yang sering kita temui sehari-hari. Secara garis besar, pujian bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori: pujian yang diucapkan untuk menjilat, pujian yang sifatnya basa-basi, serta pujian yang dilontarkan sebagai ekspresi kekaguman.

Bila disikapi secara sehat dan proporsional, pujian bisa memotivasi kita untuk meraih pencapaian-pencapaian baru. Namun, kenyataannya pujian justru lebih sering membuat kita lupa daratan. Semakin sering kita orang lain memuji, semakin besar potensi kita untuk terlena dan besar kepala. Sebab itulah Ali RA berkata, “ kalau ada yang memujimu di hadapanmu akan lebih baik bila kamu melumuri mulutnya dengan debu daripada terbuai karena ucapannya.”

Agar dapat menikapi pujian secara sehat, Rasululullah SAW memberikan tiga kiat yang menarik untuk diteladani. Pertama, selalu mawas diri suapaya tidak terbuai oleh pujian orang lain. Oleh karena itu, setiap ada yang memuji beliau, Rasulullah SAW menanggapinya dengan doa, “ Ya Allah, janganlah engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu.” (HR bukhari).

Lewat Doa ini, Rasululullah SAW mengajarkan bahwa pujian adalah perkataan orang lain yang potensial menjerumuskan kita. Ibaratnya, orang lain yang mengupas nangka tapi kita yang kena getahnya.

Kedua, menyadari hakikat pujian sebagai topeng dari sisi gelap kita yang tidak kita ketahui orang lain. Karena ketika ada yang memuji kita, itu lebih karena ketidaktahuannya akan kesisi gelapan kita. Oleh sebab itu, kiat kedua Rasulullah SAW dalam menanggapi pujian adalah dengan berdoa, “Ya Allah ampunilah aku dari apa yang mereka tidak ketahui (dari diriku).” (HR Bukhari).

Dan ketiga, kalaupun sisi baik yang dikatakan orang lain benar ada dalam diri kita, Rasulullah SAW mengajarkan agar memoho kepada Allah SWT untk dijadikan lebih baik lagi.

Tiga kiat yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW diatas, hakikatnya mengisyaratkan hati betapa hati manusia sangat rentan terhadap provokasi dari luar. Alih-alih pujian yang dilontarkan dengan tulus, pujian yang ditujukan untuk menjilat pun bisa dengan mudah membuat manusia terbuai.

“namun, bagi orang-orang yang menjaga kebeningan hati, setiap pujian akan membuatnya sadar bahwa hanya secuil itulah kelebihan yang dimilikinya, di antara dekian banyak kekurangan yang tidak Allah tampakkan kepada orang lain, “ kata Ibnu al-Mubarak sebagaimana dinukil Al-ghazali dalam Ihya “ulumiddin”.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar