Dalam buku The True of Power of water, Dr Esaro emoto membuktikan bahwa air dapat membawa pesan. Air yang dibacakan kata-kata positif akan merespons dan membentuk kristal-kristal positif yang merekah bagian bunga di pagi hari. Apalagi jika yang diucapkan di hadapan air adalah doa-doa. Sebaliknya, jika yang diucapkan adalah kata-kata negatif, maka air akan membentuk kristal-kristal pecah yang berdampak negatif. Hasil-hasil penelitian menegaskan betapa pentingnya kata-kata positif yang bagi manusia yang tubuhnya 70% terdiri atas air. Dalam kehidupan rumah tangga, tidak jarang anggota keluarga mengucapkan kata-kata negatif kepada anggota keluarganya. Dampak dari ucapan ucapan negatif ini seringkali tidak disadari karena minimnya pengetahuan tentang bahayanya ucapan negatif itu. Kata “bodoh”,”pemalas,”cengeng”, dan lain-lain sering terucap dari bibir orang tua terhadap anaknya. Meski demikian, Allah SWT mengingatkan agar seorang anak tidak mengucapkan kata-kata kasar terhadap orang tuanya. “maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS Al-isra’ [17]:23). Larangan mengucapkann kata negatif tentu tidak hanya berlaku bagi siapa saja dan terhadap siapa saja. Selain berdampak menyakitkan hati—yang berarti merusak hubungan kekeluargaan—kata-kata negatif juga mempengaruhi orang yang menjadi sasaran kata-kata itu secara psikologis. Dalam tubuh manusia yang 70% terdiri atas air akan terbentuk kristal-kristal pecah ketika ia sering menerima ucapan yang negatif. Bayangkan bila itu terjadi pada anak-anak kita. Hasil penelitian emoto juga menegaskan bahwa pada hakikatnya kata-kata memiliki kekuatan “mencipta”. Kata-kata negatif akan menciptakan sesuatu yang negatif dan kata-kata positif akan menciptakan sesuatu yang positif. Mungkin inilah sabda rahasia Rasulullah, “barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia mengucapkan kata-kata baik atau diam.” Hadis ini banyak diriwayatkan oleh banyak imam hadist. Penemuan ilmiah Emoto tersebut sangat penting untuk menegaskan hikmah dibalik hadist di atas. Jika kita tidak mampu mengucapkan kata-kata yang baik, maka pilihan bijak adalah diam. Karena, ucapan negatif memiliki dampak negatif secara sosial dan psikologis yang berarti menciptakan ketegangan dan penyimpangan dalam kehidupan, baik kehidupan rumah tangga ataupun kehidupan bermasyarakat. Maka, hendaknya kita ciptakan kehidupan yang baik dan damai dengan mengucapkan kata-kata positif kepada semua orang di sekitar kita. Sumber republika
Pascareformasi praktik suap bukan mereda, malah mungkin menggila. Ironisnya, sebagian masyarakat kita menganggap praktik suap itu sebagai sesuatu yang halal, karena sangat jamak dan lumrah. Pandangan ini amat berbahaya, karena selain menimbulkan kerancuan, juga dapat mengubah status kejahatan menjadi kebaikan. Rasulullah SAW mengingatkan kaum muslim agar menjauhi praktik suap, bahkan mengutuknya. Dalam hadist yang bersumber dari Abdullah Ibn Umar dikatakan, “Rasulullah mengutuk penyuap dan penerima suap.”(HR Abu Daud). Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah, terdapat tambahan kata-kata fi Al-hukm, yakni dalam bidang hukum atau dunia peradilan (HR Ahmad). Dalam hadist diatas, suap disebut risywah dari akar kata Rasyayarsyu, yang secara bahasa berarti tambang yang dipakai sebagai jembatan kedalam sumur, Suap memang dipakai sebagai ‘alat’ untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti mempermudah urusan, meraih pangkat, mendapatkan proyek, dan yang paling sering untuk memenangkan perkara di peradilan. Dalam praktik, suap suka dikacaukan dengan pemberian (hibah) atau hadiah. Dalam Ihya ‘ulum alDin, Al-ghazali telah membedakan secara terang benderang antara sedekah,hibh, suap, dan upah. Sedekah adalah peberian untuk tujuan akhirat. Hibah adalah pemberian untuk kepentingan dunia, dengan tetap berharap pahala. Berbeda dengan sedekah dan hadiah, suap adalah pemberian deangan maksud agar penerima melakukan tindakan yang dilarang oleh agam, seperti mengubah yang haqq menjadi bathil atau sebaliknya. Apabila perbuatan yang diminta dari penerima adalah perbuatan yang halal, mka pemberian semacam itu, menurut ghazali dinamakan upah. Jadi, suap bukanlah hadiah. Dalam islam, hadiah dianjurkan, sedangkan suap dikutuk. Tapi ingat, hadiah diberikan kepada manusia secara umum untuk memperkuat cinta kasih, bukan kepada pejabat, dan dan pemangku kekuasaan. Menurut jumhur ulama, pemberian kepada aparatur negara tidak dinamai hadiah, tetapi al-suht alias uang haram. Begitu pula segala bentuk pemberian kepada aparat penegak hukum, seperi polisi, hakim, jaksa, dan yang serupa, bukan hadiah, tetapi tergolong suap secara mutlak. Praktik suap dikutuk karena dianggap tradisi buruk di lingkungan kaum yahudi, mereka dikutuk karena licik, korup, suka makan uang riba, dan memperjualbelikan hukum-hukum Allah SWT (QS al-baqarah [2]:41). Maka kita perlu menyatakan perang dan mengutuk praktik suap itu. sumber republika
SOAL : 1). jelaskan mengapa pendelegasian wewenang merupakan kunci dari organisasi ? 2). Mengapa atasan tidak mau mendelegasikan wewenang kepada bawahnya dan mengapa pula bawahan tidak mau menerima pendelegasian dari atasannya ? 3). Mengapa taggung jawab tidak dapat didelegasikan ? Jelaskan ? 4). Menurut Sumbernya kekekuasaan itu terbagi 6 ? Sebutkan dan jelaskan ? JAWAB : 1) agar bisa menjalankan operasi manajemen dengan baik. Selain itu, pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin besarnya organisasi tersebut. 2) A). Atasan tidak mendelegasikan : -> Adanya kecenderungan pada manusia untuk ingin melaksanakan hal-hal tertentu secara pribadi. ->Perasaan takut untuk di publikasikan atau Ekspose. ->Sikap atau pandangan bahwa pihak bawahan tidak mampu menggunakan wewenang dengan tepat. B). bawahan tidak mau menerima Delegasi : -> Keengganan untuk menanggung risiko -> adanya rasa takut setelah delegasi tidak sesuai apa yang diharapkan. 3) setiap deleget yang telah menerima wewenang, tetap harus mempertanggungjawabkannya kepada delegator, penanggung jawab terakhir tetap berada di tangan delegator. 4)a). Reward Power kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari seseorang yang posisinya memungkinkan dirinya untuk memberikan penghargaan terhadap orang-orang yang berada di bawahnya b). Coercive Power Kekuasaan untuk memberikan hukuman adalah kebalikan atau sisi negatif dari reward power c). Legitimate Power Legitimate Power atau Kekuasaan yang Sah adalah kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari suatu legitimasi tertentu d). Expert Power Kekuasaan yang berdasarkan keahlian atau kepakaran adalah kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari kepakaran atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang e). Referent Power kekuasaan yang muncul akibat adanya karakteristik yang diharapkan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki pengaruh terhadap seseorang atau sekelompok orang tersebut
SOAL : 1). Sebutkan perbedaan antara Keputusan dengan pengambilan keputusan ? 2). Sebutkan dan jelaskan proses pengambilan keputusan ? 3). Menurut pendapat saudara mana yang lebih baik mengambil keputusan sendiri atau megambil keputusan secara kelompok ? Jelaskan ? 4). Mengapa setiap orang yang membuat suatu keputusan selalu diaphadapkan dengan kondisi Certainly, risk dan uncertainly, jelaskan pendapat saudara ? JAWAB : 1. Keputusan adalah tindakan yang membentuk pikiran Anda tentang sesuatu, atau posisi atau pendapat atau penilaian dicapai setelah pertimbangan. pengambilan keputusan, adalah sebuah proses berpikir, dengan banyak aktivitas mental yang terlibat dalam memilih antara alternatif atau solusi. 2. A). Kegiatan Intelijen : Menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan. B). Kegiatan Desain: Tahap ini menyangkut pembuatan pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian kegiatan yang mungkin dilakukan. C). Kegiatan Pemilihan: Pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternative yang tersedia. 3. Menurut saya 2 hal itu sama-sama baik, tetapi jika hanya kita mencari dan mengambil keputusan secara kelompok itu lebih efektif dibandingkan sendiri. Kenapa Efektif, karena dari banyak pendapat yang dikeluarkan dari personil kelompok tersebut kita akan cepat dapat menemukan keputusan yang tepat dan akurat yang kita bisa gunakan tapi jika ada kespakatan bersama. Lain dengan mengambil keputusan sendiri, kita bisa mengambil keputusan apa saja yang kita inginkan. 4. Karena setiap suatu keputusan yang dibuat pasti tidak selalu berjalan lancar dan setiap kuputusan yang diambil pasti ada risiko tertentu.
1. Banyak Istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi, sebutkan minimal 5 istilah tersebut? 2. Jelaskan dan gambarkan model proses teori motivasi? 3. Buat dengan tebel Perbedaan Teori motivasi yang diperkenalkan oleh Mc gregeor, Abraham Maslow, David Mc Celland, dan Herzberg? jawab : 1. Berbagai istilah digunakan untuk menyebut kata ‘motivasi’ (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini, akan digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. 2 Berawal dari kebutuhan manusia,dasarnya manusia ingin selalu mempunyai kebutuhan dan dibutuhkan dorongan untuk mendapatkan kebutuhan tersebut. Karena ingin mendapatkan kebutuhan tersebut manusia akan berusaha untuk melakukan tindakan tujuan akhir tersebut , yaitu dengan cara memenuhi kebutuhannya. Setelah manusia akan dirasa cukup, manusia tersebut akan merasa puas di dalam dirinya tersebut. Kemudian manusia akan kembali lagi kepada sesuatu kebutuhan yang lainnya. gambar proses teori motivasi kebutuhan ------------> dorongan untuk mendapatkan kebutuhan ---------> tindakan untuk mendapatkan kebutuhan tersebut -------------> kepuasaan yang diperoleh setelah kebutuhan ya didapatkan 3. Teori Motivasi menurut : * Mc Gregor Penjelasan Teori : Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedaka pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandanga terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y. * Abraham Maslow Penjelasan teori : Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapa bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti :rasa lapar, haus, istirahat dan sex, (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual. (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs). (4)kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status. (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. * David Mc Celland Penjelasan Teori : McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat, (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya, (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasirendah. * Herzberg Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.Menurut teori ini yan dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Amanah dan publik bukan arena untuk orang sembarangan. Sebab, amanah ini akan menggiring setiap orang yang mengembannya kepada dua pilihan yang terjal:kehinaan atau kemuliaan, ‘racun’ atau ‘madu’, neraka atau surga. Demikian beratnya konsekuensi dari amanah ini, Allah SWT memberikan metafor bahwa langit, bumi, dan gunung-gunung tak akan mampu memikulnya. “sungguh kami talah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan, gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu. Mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dan dipikullah amanah itu oleh manusia.” (QS al-ahzab [33]:72). Oleh karena itu, ketika rafi’ bin umar meminta nasehat kepada Abu bakar RA, sahabat utama Rasulullah SAW tersebut berpesan singkat, “jangan pernah mau jadi pemimpin.” Rafi’ menyela,”anda menasihati saya agar menjauhi kepemimpinan, tetapi anda sndiri menjadi khalifah.” “ya, dan saya kukuh pada nasihat tadi. Karena siapapun yang menjadi pemimpin, lalu tidak berlaku adil, laknat Allah akan merundungnya.” Jawab Abu bakar RA. Tetapi, bagi pejabat publik yang adil pahalanya amatlah agung. Ia akan menjadi salah satu dari tiga golongan yang kelak pertama kali masuk surga (HR muslim). Dan, ia akan dinaungi pertolongan Allah SWT pada saat kebanyakan manusia tak memperoleh uluran tangan-Nya (HR Tirmidzi). Imam Al-ghazali, dalam Ihya’ Ulummuddin mencoba menawarkan batasan kualifikasi, “ orang-orang tertentu yang kuat agamanya sebaiknya tidak menolak amanah publik. Sementara mereka yang lemah, jangan pernah menyodorkan diri untuk mengembannya.” Agar bisa mengemban amanah publik dengan baik, di antara tradisi terpenting yang harus dibangun : seorang pejabat perlu menjaga jarak dengan kemewahan dunia. “yaitu dengan mengambil lebih sedikit dari haknya,”jelas al-hujwiri,”dan, memberikan hak kepada rakyat lebih banyak dari hak mereka.” Sejarah selalu mencatat dengan tinta emas para pejabat publlik, yang mengedepankan hak rakyat daripada hak pribadinya. Misalnya, Umar bin Khathab RA yang lebih suka mengenakan baju penuh tambalan, ketimbang membeli baju kebesaran khalifah dari uang Baitul mal. Demikian pula, dengan Umar bin Abdul Azis, yang di puncak kepemimpinannya hanya memiliki sehelai jubah lusuh yag melekat di badan. Padahal saat itu, seluruh rakyatnya berhasil mencapai taraf kesejahteraan yang memadai. Sampai-sampai, semuanya tergolong sebagai Muzakki (orang yang wajib mengeluarkan zakat) dan tak seorang pun pantas disebut mustahik (orang yang boleh menerima zakat). Pejabat publik semacam merekalah yang digambarkan Rasulullah SAW sebagai hamba yang paling dicintai oleh Allah SWT. Mereka mulia di dunia dikenang sepanjang masa. Dan kelak, di surga, mereka akan menempati tempat yang paling dekat dengan-Nya. (HR Tirmidzi). sumber republika
Pujian merupakan fenomena umum yang sering kita temui sehari-hari. Secara garis besar, pujian bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori: pujian yang diucapkan untuk menjilat, pujian yang sifatnya basa-basi, serta pujian yang dilontarkan sebagai ekspresi kekaguman. Bila disikapi secara sehat dan proporsional, pujian bisa memotivasi kita untuk meraih pencapaian-pencapaian baru. Namun, kenyataannya pujian justru lebih sering membuat kita lupa daratan. Semakin sering kita orang lain memuji, semakin besar potensi kita untuk terlena dan besar kepala. Sebab itulah Ali RA berkata, “ kalau ada yang memujimu di hadapanmu akan lebih baik bila kamu melumuri mulutnya dengan debu daripada terbuai karena ucapannya.” Agar dapat menikapi pujian secara sehat, Rasululullah SAW memberikan tiga kiat yang menarik untuk diteladani. Pertama, selalu mawas diri suapaya tidak terbuai oleh pujian orang lain. Oleh karena itu, setiap ada yang memuji beliau, Rasulullah SAW menanggapinya dengan doa, “ Ya Allah, janganlah engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu.” (HR bukhari). Lewat Doa ini, Rasululullah SAW mengajarkan bahwa pujian adalah perkataan orang lain yang potensial menjerumuskan kita. Ibaratnya, orang lain yang mengupas nangka tapi kita yang kena getahnya. Kedua, menyadari hakikat pujian sebagai topeng dari sisi gelap kita yang tidak kita ketahui orang lain. Karena ketika ada yang memuji kita, itu lebih karena ketidaktahuannya akan kesisi gelapan kita. Oleh sebab itu, kiat kedua Rasulullah SAW dalam menanggapi pujian adalah dengan berdoa, “Ya Allah ampunilah aku dari apa yang mereka tidak ketahui (dari diriku).” (HR Bukhari). Dan ketiga, kalaupun sisi baik yang dikatakan orang lain benar ada dalam diri kita, Rasulullah SAW mengajarkan agar memoho kepada Allah SWT untk dijadikan lebih baik lagi. Tiga kiat yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW diatas, hakikatnya mengisyaratkan hati betapa hati manusia sangat rentan terhadap provokasi dari luar. Alih-alih pujian yang dilontarkan dengan tulus, pujian yang ditujukan untuk menjilat pun bisa dengan mudah membuat manusia terbuai. “namun, bagi orang-orang yang menjaga kebeningan hati, setiap pujian akan membuatnya sadar bahwa hanya secuil itulah kelebihan yang dimilikinya, di antara dekian banyak kekurangan yang tidak Allah tampakkan kepada orang lain, “ kata Ibnu al-Mubarak sebagaimana dinukil Al-ghazali dalam Ihya “ulumiddin”.
Pujian merupakan fenomena umum yang sering kita temui sehari-hari. Secara garis besar, pujian bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori: pujian yang diucapkan untuk menjilat, pujian yang sifatnya basa-basi, serta pujian yang dilontarkan sebagai ekspresi kekaguman.
Bila disikapi secara sehat dan proporsional, pujian bisa memotivasi kita untuk meraih pencapaian-pencapaian baru. Namun, kenyataannya pujian justru lebih sering membuat kita lupa daratan. Semakin sering kita orang lain memuji, semakin besar potensi kita untuk terlena dan besar kepala. Sebab itulah Ali RA berkata, “ kalau ada yang memujimu di hadapanmu akan lebih baik bila kamu melumuri mulutnya dengan debu daripada terbuai karena ucapannya.”
Agar dapat menikapi pujian secara sehat, Rasululullah SAW memberikan tiga kiat yang menarik untuk diteladani. Pertama, selalu mawas diri suapaya tidak terbuai oleh pujian orang lain. Oleh karena itu, setiap ada yang memuji beliau, Rasulullah SAW menanggapinya dengan doa, “ Ya Allah, janganlah engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu.” (HR bukhari).
Lewat Doa ini, Rasululullah SAW mengajarkan bahwa pujian adalah perkataan orang lain yang potensial menjerumuskan kita. Ibaratnya, orang lain yang mengupas nangka tapi kita yang kena getahnya.
Kedua, menyadari hakikat pujian sebagai topeng dari sisi gelap kita yang tidak kita ketahui orang lain. Karena ketika ada yang memuji kita, itu lebih karena ketidaktahuannya akan kesisi gelapan kita. Oleh sebab itu, kiat kedua Rasulullah SAW dalam menanggapi pujian adalah dengan berdoa, “Ya Allah ampunilah aku dari apa yang mereka tidak ketahui (dari diriku).” (HR Bukhari).
Dan ketiga, kalaupun sisi baik yang dikatakan orang lain benar ada dalam diri kita, Rasulullah SAW mengajarkan agar memoho kepada Allah SWT untk dijadikan lebih baik lagi.
Tiga kiat yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW diatas, hakikatnya mengisyaratkan hati betapa hati manusia sangat rentan terhadap provokasi dari luar. Alih-alih pujian yang dilontarkan dengan tulus, pujian yang ditujukan untuk menjilat pun bisa dengan mudah membuat manusia terbuai.
“namun, bagi orang-orang yang menjaga kebeningan hati, setiap pujian akan membuatnya sadar bahwa hanya secuil itulah kelebihan yang dimilikinya, di antara dekian banyak kekurangan yang tidak Allah tampakkan kepada orang lain, “ kata Ibnu al-Mubarak sebagaimana dinukil Al-ghazali dalam Ihya “ulumiddin”.